Caitlyn Header

Caitlyn Header

Thursday, April 21, 2011

Hidup di Rantau

Entah karena di dalam tubuh saya mengalir 50% darah Padang, atau saya memang hobbi tinggal di negara orang, yang jelas dalam waktu 27 tahun, saya sudah merasakan hidup dan tinggal di empat negara yang berbeda (tentu saja negara yang saya singgahi untuk sekedar liburan tidak saya hitung). Well, yang ingin saya bahas sekarang adalah enaknya dan tidak enaknya hidup di rantau.

Saya memulai bermimpi untuk tinggal di luar negeri sejak SMP. Gara-garanya sepele dan naif, karena saya ingin bisa bahasa Inggris, jadi kalau suatu saat nanti saya ketemu Pangeran William (ternyata ketika sang Pangeran akan menikah, saya sedang tinggal di negaranya! Subhanallah yaa.. :) ) saya bisa berbincang-bincang dengannya. *Maklum ya masih SMP pikirannya cupet. Hahaha.. Masa sih cuma itu? Hmmm.. Oh iya ada lagi! Sejak saya kecil, Mama dan Papa saya sering sekali bercerita tentang globalisasi, ya tentang bagaimana suatu saat nanti orang akan mobile sekali (contoh yang dulu orang tua saya berikan adalah nanti di Indonesia itu dokternya bisa orang dari mana saja, makanya kita orang Indonesia harus pintar supaya biasa bersaing dengan orang asing). Very inspirational ternyata untuk saya cerita kedua orangtua saya itu. Dan disinilah saya sekarang, di kota London, bekerja sebagai seorang qualified auditor dengan teman-teman saya dari berbagai negara. Seperti mimpi yang jadi kenyataan. اَللّهُ Maha Besar!

Meskipun ada angan saya yang sudah menjadi kenyataan, saya belum puas (tapi bukan berarti saya tidak bersyukur lho), masih ada berderet-deret angan yang ingin saya gapai.

Tuesday, April 19, 2011

Gelar

Awal tahun lalu, tepatnya di tahun 2010, alhamdulillah saya telah menyelesaikan program profesi saya. Saya baru teringat beberapa hari yang lalu ketika mengambil majalah profesi saya di kotak pos. Ada embel-embel CPA di belakang nama saya. Sekitar 5 tahun yang lalu, ketika saya mulai bekerja sebagai auditor hal itu seperti menjadi salah satu cita-cita saya dan yang membuat saya bersemangat. Hahaha... Tetapi ketika gelar itu benar-benar dalam genggaman, eh malah lupa. Hehehe..

Saya kemudian jadi teringat almarhum Papa saya juga. Pernah di suatu kesempatan, saya hendak menuliskan nama beliau beserta gelarnya, tapi beliau menolak. Cukup namanya saja, ungkap beliau kala itu. Dan saya tidak bertanya mengapa saat itu.

Di London? Wah apalagi! Gelar tidak pernah ditulis! Saya tidak tahu kenapa dan saya tidak ingin cari tahu juga. Yang jelas menurut saya, ilmu yang kita dapat jauh lebih penting ketimbang si gelar itu sendiri.

Rindu Kampung Halaman

Hampir 2 tahun sudah saya tidak pulang kampung. Ya saya tahu,Jakarta macet, Jakarta polusi, Jakarta bla bla bla dan masih berderet-deret lagi kekurangan Jakarta, tapi... saya tetap rindu. Saya memang tidak lahir di Jakarta, tapi beberapa tahun setelah menginjakkan kaki di Jakarta saya sedikit demi sedikit jatuh cinta pada Jakarta. Well, sebenarnya mungkin yang saya rindukan bukan Jakartanya saja, tetapi keluarga, kerabat, sahabat dan teman-teman tercinta.Belum ditambah lagi makanan dan jajanan khas Indonesia. Hmmm rasanya tambah ingin cepat-cepat liburan ke Indonesia. Plus lagi harganya yang bersahabat di kantong dan halal.

Kalau di London ini, jajanan favorit kami hanya ayam panggang, fish and chips, fried chicken dan burger (dan itupun hanya di tempat-tempat makan tertentu yang halal).

Baiklah sekian dulu karena suami saya sudah mengajak sholat berjama'ah.