Cinta. Cinta selalu saja menjadi topik yang tetap hangat dan tak pernah lekang di telan jaman. Cinta bisa terjadi dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Cinta bukan hanya tentang sepasang kekasih tetapi juga tentang kasih sayang orang tua pada anaknya, cinta sahabat pada sahabatnya dan cinta yang tertinggi tentunya, cinta Allah SWT pada manusia.
Ada banyak cinta yang bertebaran di dunia ini. Dalam film Hugh Grant yang paling gres, cinta digambarkan dapat menimpa siapa saja, bahkan pada seorang Prime Minister sekalipun. Sayangnya film cinta ala Hollywood bukan cinta yang sebenarnya, meskipun judul filmnya Love Actually. Cinta-cinta diantara manusia kadang cuma picisan. Manusia tidak pernah bisa diharapkan. Aa Gym dalam salah satu ceramahnya berkata agar kita jangan pernah berharap pada manusia karena kebanyakan harapan itu akan berakhir dengan kekecewaan. Begitu juga dengan harapan cinta pada segala sesuatu yang berbau duniawi, ada baiknya kita membatasi cinta itu karena ada 50% kemungkinan cinta itu akan lenyap di tengah jalan.
Cinta kadang bisa membuat kita terbang ke awang-awang tapi adakalanya membuat kita menangis tersedu-sedu. Semuanya bukan salah, semua itu adalah bagian dari kelemahan kita sebagai manusia sedangkan manusia itu tempatnya salah dan alpa.
Dalam bukunya yang berjudul "Ketika Aku Mencintaimu", Ekasari dan Shafiyyah memaparkan tentang indahnya cinta bilamana cinta itu berada pada tempatnya dan juga dalam proporsi yang benar. Di dalam buku itu juga dipaparkan salah satu cinta yang paling abadi baik di bumi ini maupun di akhirat nanti. Suatu kisah yang paling menarik untuk dijadikan teladan dan dijadikan arah menjalani hidup yang singkat ini.
Di suatu ketika di kota Madinah, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah. Putri tercinta beliau, Fatimah r.a. menemani. Tiba-tiba dari luar seseorang berucap, "Bolehkah saya masuk?". Fatimah r.a. tidak mengijinkan,"Maaf, ayahku sedang sakit,"lalu di tutupnya pintu.
Ketika kembali menemani sang ayah, ternyata beliau mengetahui dan bertanya, "Siapakah itu wahai putriku?"
"Aku tak tahu ayah, sepertinya baru kali ini aku melihatnya," tutur Fatimah.
Mendengar jawaban putrinya, Rasulullah SAW menatapnya dengan pandangan penuh kasih dan menggetarkan hati, seraya berkata, " Ketahuilah wahai putriku, dialah yang menghapus kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah Izarail, malaikat maut." Fatimah menangkupkan kedua telapak tangan seraya menutup wajahnya dan menahan luapan tangis.
Dalam detik-detik itu, Rasulullah masih memikirkan kita, umatnya ini. Beliau bertanya pada Jibril tentang bagaimana nasib kita kelak sepeninggal beliau. Dan ketika merasakan sakitnya saat nyawa akan dipisah dari raga, beliau berkata, "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku." (Ekasari dan Shafiyyah, 2003, pp. 29-31)
Ya Allah, Penyeru sekalian alam, betapa tulus cinta Rasul pada kita, umatnya ini. Semoga kisah cinta Rasul pada kita akan menjadikan pemacu kita dalam beribadah kepada Allah, untuk kita menjumpai kekasih Allah di hari kemudian. Amin.
No comments:
Post a Comment