Fatima Nama Anakku
(Eramuslim)
Aku namakan anakku Fatima...
Agar dia bisa seperti Fatima Az Zahra putri Rasulullah
Aku namakan anakku Fatima
Agar dia dapat menjadi pintu surgaku kelak
Aku namakan Anakku Fatima
Agar dia dapat menjadi pelipur lara ayahnya
Aku namakan anakku Fatima
Agar dia memikirkan kesulitan orang lain diatas kesulitan sendiri
Aku namakan anakku Fatima
Agar dia selalu mendo�akan orang lain lebih dahulu
Sebelum mendo�akan keluarganya dan dirinya sendiri
Aku namakan anakku Fatima
Agar dia tidak bermewah-mewah di tengah sekelilingnya yang miskin papa
Barangkali harapanku terlalu muluk-muluk
Dan aku berkaca terhadap diriku sendiri
Sudahkah aku sebagai ibunya bersikap seperti Sayidah Khodijah
Yang membenamkan dirinya hanya pada cintanya pada Allah
Sudahkah aku sebagai ibunya bersikap seperti Sayidah Khodijah
Yang mencintai Rasulullah lebih besar dari cintanya pada dirinya sendiri
Sudahkah aku sebagai ibunya bersikap seperti Sayidah Khodijah
Yang mengorbankan hartanya untuk membesarkan kebenaran agama Allah
Atau kalau aku tak punya harta seperti Sayidah Khodijah
Sudahkah aku bersikap seperti Sayidah Fatima
Yang selalu merindukan berkasih-kasihan dengan Allah Sang Penciptaku
Yang Setiap malam mendo�akan orang lain terlebih dahulu
Sudahkah aku bersikap seperti Sayidah Fatima
Yang memikirkan kesulitan orang lain meski hidupku sendiri dalam kesulitan
Yang tidak bermewah di tengah orang-orang yang miskin papa
Dan...
Sudahkah aku menghibur lara ayahku ketika ayahku masih hidup
Sudahkah aku bersedekah atas namanya agar penderitaannya dalam kubur terhapus
Ya Allah... Jadikan aku sebagai pelipur lara kuburnya
Ya Allah... Jadikan aku sebagai jubah ayahku untuk melindunginya dari api neraka
Ya Allah... Jadikan aku jembatan dari pintu surga ayahku
Ya Allah... Jadikah aku sebagai Fatima ayahku
Amin... Amin... Amin... Ya Robbal aalamin.
Ratih Sang (3 Februari 2003)
Dibacakan oleh Ratih Sang pada Peluncuran CD Puisi Kata, Mata dan Hati Ratih Sang
Hotel Kemang, 23 Mei 2003
Hanya satu alasan yang dapat kuungkap ketika meletakkan puisi ini di blogku. Satu pilar tentang Islam kembali kokoh menopang agama Allah, Al-Aziz. Entah sejak kapan wacana berupa sajak begitu mudah mengalir di dalam otakku merajalela di seluruh urat nadiku. Membantuku menantang arus kehidupanku. Satu manusia kembali. Yang jelas selama itu berupa sesuatu ion positif bagiku. Maka dengan senang hati ku terima. Meskipun ion negatif lebih gampang nyangkut di mata. ALLAHU AKBAR.
**Maaf kalau bahasanya agak membingungkan. Hanya coretan kata hati seorang Chicha.**
No comments:
Post a Comment